Jakarta (13/6), Kegiatan Seminar Praktik baik pembangunan revitalisasi kawasan dan perdesaan yang diselenggarakan oleh BRIN pada hari selasa (13/6) ini via daring menghadirkan Sekiguchi dari Kementrian Dalam Negeri dan Informasi. AKSITARU diundang hadir untuk menyimak diskusi untuk pembahasan pembangunan wilayah perdesaan.

Dalam sesi diskusi yang menajamkan pada praktik baik negara Jepang dan praktik pembangunan desa di Indonesia menajamkan beberapa isu penting untuk disimak. Salah satu sesi menarik, saat tanya jawab adalah sesi diskusi antara Ir. Saraswati Soegiharto MA dan Tarlani S.T. M,T dengan Sekiguchi pada sesi forum tanya jawab.
Pertanyaan yang diajukan oleh Tarlani, yang menajamkan pada isu Politik lokal dan intervensi pemerintahan lokal di Jepang terhadap desa. Dijawab oleh Sekiguchi, dengan penuh percaya diri.
“Bahwa kami membangun desa, meskipun tak ada kementrian desa. Kami memiliki jalur koordinasi yang bagus dari level pusat hingga ke kota tersebut. Kami punya batasan yang tak boleh diintervensi oleh politisi, khususnya untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan. Peran politisi lokal lebih kepada mendorong promosi program, engagement dengan komunitas/ masyarakat dan menginformasikan wilayah yang belum terjangkau oleh kami. Tak ada level pemimpin lokal desa, yang ada kami aktifkan lembaga/ komunitas ekonomi desa di Jepang seperti koperasi salah satunya”. jelas Sekiguchi
Sementara itu, Saraswati membandingkan pelaksanaan program transmigrasi di Indonesia dengan jepang. Menurutnya, Jepang sangat profesional menyalurkan tenaga kerja yang terampil dan ahli dari kota untuk tinggal di desa. Ia menanyakan bagaimana dampak nya.
Sekiguchi menjawab bahwa pelaksanaan program transmigrasi tak selamanya volunteer (relawan). Para transmigran yang berada di usia 20-30 tahun, kami tawarkan kontrak bekerja dan tinggal didesa selama 3 tahun untuk kemudian kami beri insentif dari insentif hunian, insentif keluarga dan insentif pekerjaan.
“Mereka diminta untuk mengupgrade ekonomi desa, menaikkan level of scale ekonomi desa dan mendorong SDM terampil di desa melalui sentuhan ekonomi digital. Transmigran ini dari kota-kota yang status nya juga ada sebagian bekerja di perusahaan swasta. Kami bekerjasama dengan swasta-swasta terpilih untuk membangun wilayah desa, melalui resettlement project dan local project yang telah kami anggarkan tiap tahun kepada swasta. Tugas swasta menyalurkan pekerja terampil untuk menetap dan bekerja melayani masyarakat desa”, jelasnya.
Saraswati, yang merupakan senior advisor di Kementrian Desa dan BRIN ini, kemudian menutup diskusi dengan wacana menindaklanjuti peluang model transmigrasi di masa yang akan datang.
“Menarik ya, karena selama ini, model transmigrasi kita itu justru menyalurkan masyarakat dari desa untuk tinggal di wilayah transmigran. Sementara Jepang justru menyalurkan pekerja dari kota yang muda / senior untuk menetap di desa, dengan bauran insentif tenaga kerja dan keluarga. Nanti kami akan kaji lebih lanjut” tuturnya
Sementara itu, dari pihak AKSITARU Indonesia yang diwakilkan oleh Eko Fajar Setiawan menyampaikan kepada tim media AKSITARU bahwa kegiatan ini menjadi pemicu dan pemacu bagi perencana atau pemangku kepentingan pembangunan desa atau akademisi yang fokus meneliti lebih giat soal trasformasi desa dan masyarakatnya.
“Saya pikir, jangan berhenti disini soal Diskusi-diskusi BRIN, semoga bisa mengkolektifkan gagasan-gagasan model pembangunan desa melalui kolaborasi lintas pelaku yang lebih riil. Kami tunggu”, jelasnya