Jakarta (26/5), pada hari kamis lalu, Tim AKSITARU Indonesia beraudiensi dengan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) khususnya dengan Direktorat Kebijakan Ekonomi Regional dan Ketenagakerjaan, Ibu Yurike dan jajaran.
Yurike selaku pimpinan forum mengatakan bahwa forum ini merupakan forum tindak lanjut dari rangkaian penyusunan kajian pengentasan kemiskinan ekstrem melalui sinergi peran BUMDes dan BUMDesma di desa.

“Kami berharap masukan strategis dan taktis tentang evaluasi BUMDes, BUMDesma dan lintas sektoral di desa agar bagaimana bisa kita petakan satu-per satu solusi yang bisa kita hadirkan sebagai akademisi, pemerintah dan unsur organisasi/ kelompok masyarakat untuk pengentasan kemiskinan ekstrem di desa, termasuk dari forum jejaring AKSITARU”, papar Yuri, selaku Direktur dari urusan pembangunan ekonomi regional, SDM dan ketenagakerjaan BRIN.
Dalam sesi paparan, Tim AKSITARU Indonesia yang diwakilkan oleh Zahrul Atharinafi, melakukan pemaparan tentang evaluasi BUMDes dan BUMDes bersama di hadapan jajaran BRIN. Zahrul dalam paparannya, menyatakan bahwa kajian ini dilakukan di lima empat BUMDes dan dua BUMDesma, yang tersebar di Kab. Pemalang, Kab. Banyumas, Kab. Kebumen, Kab. Majalengka, Kab. Ciamis, Kab. Garut.
“Jika ingin berhasil, BUMDes dan BUMDes bersama ini perlu empat (4) indikator yakni tata kelola BUMDes-BUMDesma yang profesional, Keterbukaan informasi terhadap masyarakat, Reformulasi kerjasama antar desa dan komitmen kepala desa dalam keberlanjutan sosial lingkungan” , jelas Zahrul
Sementara itu, Irsan, Koordinator bagian kajian Pertanian dan Pangan, Direktorat Pembangunan Ekonomi Regional juga menyarankan bahwa keberhasilan BUMDes dan BUMDesma juga dipengaruhi oleh kecerdikan menangkap peluang dan pasar.
“Bahwa BUMDes dan BUMDesma yang berhasil juga ditentukan dari unit usaha yang dipilih. Disinilah, pentingnya kolaborasi antara akademisi, offtaker/ industri dengan direktur BUMDes. Disisi yang lain, seringkali setelah unit usaha berhasil, kades jadi cawe-cawe. Nah disitu yang menurut saya, kita perlu komunikasikan dengan pihak Kades”
“Kepemimpinan kepala desa, perlu diarahkan pada produktivitas dan empati”, ungkap Hermawan, yang juga menambahkan paparan Zahrul.
Ia menceritakan bahwa Kades di Sleman, banyak menjadi contoh keberhasilan bagi desa-desa sekitar. Bagaimana Kades juga memiliki empati terhadap warganya yang menganggur, dan bagaimana kades bisa berperan mencari pasar atau pengguna produk desa.
Rucinawati, dari Koordinator Kajian Penanggulangan Kemiskinan BRIN juga menambahhkan bahwa peran kepala desa ini sangat penting namun juga perlu diingat bahwa direktur atau pimpinan BUMDes atau BUMDesma juga harus mampu menentukan indikator performa kinerjanya.
“Kades berperan dalam pembentukan BUMDes, penanaman modal usaha untuk BUMDes dan pengawasan fungsi bisnis/ kepengurusan namun Pengelola BUMDes juga harus mampu mengukur kinerjanya, ia harus mampu merancang unit usaha yang sesuai potensi/ kebutuhan warga, yang layak dan mengelola modal yang terbatas. Urgensinya yang perlu diingat, kita memiliki masalah kemiskinan ekstrem, dan kami berharap Kades dan Pengelola BUMDes bisa bekerjasama”, tutup Ruci
Di sesi akhir, Tim AKSITARU Indonesia, yang diwakilkan oleh Eko Fajar juga menyampaikan bahwa terdapat tiga (3) simpulan yang bisa mengoptimalkan peran Kades dan Direktur BUMDes agar bisa bersinergi, sekaligus menjalankan indikator-indikator kunci keberhasilan BUMDes.

“Kunci keberhasilan itu diantaranya, satu (1) pemilihan unit usaha harus berdasarkan potensi sumber daya di desa, dua (2) penanaman modal usaha perlu dioptimalkan melalui berbagai alternatif model investasi (bagi hasil/ wakaf produktif/ keagenan), tiga (3) pentingnya, menggagas pendidikan vokasi bagi warga desa usia produktif muda (18 s.d. 30 tahun) di bidang agribisnis, pariwisata dan ekonomi kreatif, empat (4) perlu ada forum kesinambungan pembangunan ekonomi perdesaan dengan lintas urusan di dinas di Kabupaten (Dinas PMD- Dinas PTSP- Diskop UMKM- Disnaker-Disbudpar) dan lima (5) pentingnya empati dari kepala desa, perangkat desa, tokoh masyarakat (BPD/PKK/LPM) dan pengelola BUMDesa dalam turut terlibat mengentaskan kemiskinan ekstrem. Tujuan kita, itu pengentasan warga miskin pak-bu”, demikian tutup Eko