Menu Close

AKSITARU Ajak Mahasiswa ITB Berdayakan Kampung Kota

Bandung (20/08), Sekelompok mahasiswa ITB dari Forum Pegiat Kampung Kota Berdaya berdiskusi dengan Tim AKSITARU Indonesia di Bandung. Mereka diantaranya Bagus E Febryanto dan Dio, mahasiswa Teknik Perminyakan dan Mahasiswa Sipil ITB. Mereka dan entitas mahasiswa ITB lainnya saat ini sedang memetakan dan mendampingi kampung kota di Bandung, di antaranya Kampung RW 5-7-8 Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Ketika paparan, Bagus, sangat bersemangat untuk menyelenggarakan Festival/ atau Kongres Agraria Nasional dengan menghadirkan solusi dan persoalan pertanahan dan permukiman di kota kota besar di Indonesia. Menurutnya, festival ini diharapkan menjadi titik awal kesepakatan antara warga masyarakat di perkotaan dengan elemen pemerintah atau korporasi untuk menghadirkan solusi permukiman yang layak huni bagi warga kota.

Kami belajar dari peristiwa di Laswi dan Baltos, pembangunan perkotaan (resettlement) yang mengharuskan penggusuran harus bisa memastikan kepastian dan jaminan warga termasuk akses untuk tinggal sementara. Kami banyak menemukan kasus, dimana warga sendiri juga baru tahu rumahnya akan digusur. Kita siap menghadirkan solusi desain-desain praktis dan pendekatan yang integratif untuk menata permukiman di kota“, jelas Bagus

Sementara itu Dio, mahasiswa lulusan Sipil ITB ini juga sangat bersemangat mendengarkan ide-ide dari AKSITARU untuk menawarkan konsep pemberdayaan kampung kota melalui pemanfaatan teknologi tepat guna dan optimasi pengelolaan persampahan di Bandung.

Saya sangat sepakat dengan AKSITARU, bahwa pemanfaatan teknologi tepat guna menjadi krusial untuk disikapi oleh semua stakeholder. Pendekatan konvensional akan menghambat kerja efisien dan penataan kota masa depan, memerlukan aksi-aksi berbasis komunitas pintar. Bukan cuma pintar digital melainkan pintar mengolah sesuatu dengan kreativitas“, jelas Dio

Dalam paparannya, AKSITARU menawarkan paket-paket teknologi dan pendekatan prioritas penataan perkotaan di Bandung di antaranya aspek persampahan, aspek pendidikan dan aspek kemandirian UMKM.

Menurut Eko Fajar, Direktur Program dan Kemitraan AKSITARU menyatakan bahwa pendekatan teknis masih belum cukup karena kental dengan solusi pragmatis dan kurang partisipatif. Kita perlu sisipkan dengan agenda-agenda pencerdasan masyarakat, mobilisasi masyarakat ke arah komunitas pintar dan berdaya serta partisipasi aktif warga untuk menata lingkungannya sendiri.

Dari sisi sampah, Kota Bandung memerlukan mesinisasi sejak dari TPS. Kang Pisman perlu diintegrasikan dengan insenerator, mesin briket dan mesin pencacah plastik. Dari sisi pendidikan, model sanggar seni dan saung belajar/ Perpustakaan RW memerlukan konten. Saat ini kurang uptodate. Coba naikkan levelnya ke studio Digital RW supaya RW bisa bikin konten. Dari aspek kemandirian UMKM, sudah banyak inkubasi start up di Bandung tetapi minim apresiasi dan kompetisi di level kota. Kembangkan inkubasi pelaku usaha sejak dari RW” jelas Eko Fajar

Tutup Eko, bahwa rekan-rekan mahasiswa ITB bisa belajar dari Dosen-dosen atau praktisi di AKSITARU yang telah mengembangkan contoh-contoh kecil penataan perkampungan kota atau desa.

Ke depan, kita perlu sinergi penguatan konten untuk adik-adik belajar bagaimana menata kota dan bagaimana mengimplementasikan idealisme secara realistis. Panduan sudah ada di New Urban Agenda, namun perlu diuji apakah cocok dengan kultur dan karakter masyarakat kita” jelas Eko

Diskusi ditutup dengan foto bersama

Bagikan ke
Posted in New Urban Agenda, Rilis Pers

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *