Menu Close

Sampaikan Urgensi Pembangunan SDM Desa Kepada BRIN

Jakarta (26/5), AKSITARU Indonesia menghadiri FGD yang diselenggarakan oleh BRIN (Direktorat Kebijakan Ekonomi, Ketenagakerjaan dan Pengembangan Regional) dengan tema pengentasan kemiskinan ekstrem melalui peran BUMDes dan BUMDes bersama. Paparan dilaksanakan oleh kedua belah pihak, dari AKSITARU diwakilkan oleh Zahrul Atharinafi dan dari BRIN diwakilkan oleh Bapak Supriyanto dan Ibu Rucinawati.

Jajaran BRIN bidang Ekonomi Regional, dan Ketenagakerjaan

Dalam paparan, perwakilan AKSITARU Indonesia, Eko Fajar Setiawan selalu menyampaikan pentingnya memulangkan SDM Talenta desa dan menjemput talenta-talenta terbaik yang ada di kota besar atau kota kota luar negeri agar bersimbiosis mutualisme dengan warga desa.

Menurut Eko, pembangunan talenta SDM hari ini, tidak fokus dalam perbaikan mental dan penguatan keterampilan warga. Dari segi pendidikan, kita terlalu fokus menciptakan lulusan dalam negeri yang kurang menyesuaikan pasar atau lulusan kita juga tidak cukup mampu menyesuaikan kebutuhan kualifikasi industri hari ini.

“Penting bagi kami, menyampaikan pembangunan SDM di desa karena hilirisasi sumber daya alam tak akan berjalan kalau tak ada insinyur di desa. Pendidikan kita harus mampu menyesuaikan karakteristik wilayah, karakteristik sumber daya alam dan karakteristik masyarakat. Penting bagi saya, menyampaikan bahwa dalam 1 kabupaten itu, apa potensi dari produk turunan yang bisa dihadirkan? Berapa sih, kebutuhan ahli untuk menghasilkan masing-masing produk turunan? Dari sana, kita baru hitung, perlu ada jurusan apa saja di daerah tersebut. Jangan dikomersilkan lah, pendidikan!”, tuturnya

Ia menyampaikan bahwa ide peta jalan pembangunan SDM di desa, dari AKSITARU sudah pernah disampaikan ke hadapan jajaran Deputi Staff Presiden Kantor Staff Presiden,

“Kami menilai, perlu ada integrasi antara model pendampingan PKH dengan model program kartu prakerja. Kita menilai bahwa program prakerja itu bagus untuk mengurangi dampak dari PHK pasca covid. Tetapi semakin kesini, orang jadi ikut program itu karena ingin duitnya saja. Coba kita lihat, berapa BLK di kabupaten yang hidup segan mati tak mau? Nah, gagasan yang kami tawarkan, adalah mengaktivasi BLK di Kabupaten dan agenda jemput bola, melalui instruktur pendamping vokasi desa.”

Menurut Eko, pendamping instruktur vokasi desa ini diharapkan menjadi akselerator, aggregator dan supervisi penguatan keterampilan tenaga mudia usia produktif.

“Bahwa peran-peran yang hari ini tiada, seperti pencatatan profil ketenagakerjaan tiap desa, penguatan kompetensi (upskilling/ reskilling) dan bursa tenaga kerja dan industri menjadi fokus instruktur pendamping vokasi desa”, paparnya

Ia berharap, agar gagasan Pendampingan SDM desa melalui modifikasi program prakerja diantaranya dengan integrasi kurikulum vokasi desa ke semua jenjang sekolah formal/ non formal, pendamping instruktur vokasi desa dan Aktivasi BLK Daerah dapat fokus menggarap segmentasi tenaga kerja usia muda produktif yakni di antara usia 17 tahun s.d. 35 tahun di perdesaan.

“Semoga gagasan ini didengar oleh yang punya kewenangan”, tutupnya

Bagikan ke
Posted in Rilis Pers

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *