Jakarta (29/5), Pada sela-sela kegiatan halal bi halal keluarga ikatan alumni ITB di Smesco kemarin Jumat (27/5), hadir salah satu tokoh alumni ITB, Ridwan Djamaluddin, PJ Gubernur Bangka Belitung yang menyatakan ketertarikannya untuk menerapkan Mesin SCFE (Super Critical Fluid Extraction) milik alumni ITB untuk diterapkan di Kepulauan Bangka Belitung.
Beliau yakin, melalui mesin ini, proses hilirisasi komoditas alam hijauan menjadi nano atsiri yang bernilai jual, mampu melahirkan UMKM-UMKM baru dengan produk dan wawasan hijau dan mensukseskan program pemerintah untuk memulihkan sosial-ekonomi warga di sekitar lahan galian bekas tambang. Keputusan tersebut, setelah beliau mengamati potensi tanaman yang cocok dengan kultur alam setempat.

“Saya melihat banyak potensi di Babel, mas Kohar yang bisa diolah jadi minyak nano atsiri SCFE. Saya tertarik untuk boyong ini ke Bangka Belitung. Selain punya nilai jual, produk akhir ini juga relevan dengan ekosistem ekonomi hijau, khususnya di sekitar wilayah pasca galian tambang”. Tekan RD, sebutan dari Bang Ridwan, yang juga masih aktif sebagai Dirjen Minerba ESDM
Menanggapi reaksi dari Bang RD, Bapak Kohar langsung menjabarkan detil bagaimana mesin SCFE ini bisa menghasilkan kualitas produk turunan super nano atsiri terdiri dari partikel-partikel. Ia juga melihat peluang bagaimana konsep usulan “Rehabilitasi lahan galian bekas tambang” perlu diintegrasikan dengan pemanfaatan produk turunan, yakni minyak atsiri.
“Bang RD, kami dari AKSITARU sudah menggagas mesin SCFE ini dari beberapa komoditas di daerah. Salah satu nya, di Garut dimana akar wangi (vetiver) yang menjadi produk unggulan dari Pak Jokowi, kami olah hingga super nano atsiri. Kami ciptakan value product yang bernilai jual tinggi. Selama ini, warga Garut masih menggunakan destilasi yang mana masih membutuhkan proses penyaringan lagi menuju ke nano. Ini (SCFE) sudah sampai di tahap akhir, dan kami telah menjual kepada pelanggan kami. Bahwa produk kami benar-benar nano atsiri yang baru pertama ditemukan di Indonesia“, jelas Kohar, selaku Dewan Penasihat AKSITARU
Lanjut Kohar, juga menceritakan rencana AKSITARU ke depan untuk memfasilitasi beberapa pelaku usaha pertambangan melakukan MOU kerjasama dengan Kampus ITB Ganesha mengembangkan Kajian-kajian Site Planning dengan fokus pemulihan area pasca tambang

“Kami sudah memfasilitasi Perhimpunan ahli tambang untuk MOU dengan SAPPK ITB. Keberhasilan galian pasca tambang sejauh ini ke arah wisata, padahal ada banyak intervensi yang bisa diterapkan setelah ada SCFE, produk kami, dari mulai akar wangi, jahe, kemiri, pala, buah-buahan lokal semuanya dapat kami ekstraksi menjadi minyak dan bubuk atsiri.” tutup Kohar
Lahan galian bekas tambang, sebagaimana diketahui dapat diatasi lewat pendekatan ekoagrowisata dan bioremediasi lahan, dengan pemulian lahan menuju kawasan produktif yang dapat dimanfaatkan kembali. (SITH ITB).
Bang RD yang mendengarkan penjelasan dari Kohar itu, tertegun menatap seraya mengamati produk-produk olahan dari super nano atsiri di stand AKSITARU Indonesia.
“Ini apa minyaknya mas?“, tanya RD ke penjaga stand
“Ini Minyak clove, minyak cengkeh nano Bang. Baunya sedap, pengganti rokok untuk yang tidak merokok. Plus bisa untuk parfum“, jawab Eko, penjaga stand itu.
Menanggapi diskusi yang santai itu, Saritomo yang datang mewakilkan Pengurus Alumni Jawa Timur sepakat mendorong penerapan Nano atsiri product sebagai rantai akhir dari proses hilirisasi produk-produk perkebunan dengan kasus spesial

“Babel- Jatim- Jateng- Jabar dan Kalimantan, banyak lahan tambang Bang RD. Nano atsiri, prospek ini bang untuk di-hub kan lewat koperasi usaha warga di sekitar lahan galian pasca tambang. Warga diberdayagunakan sebagai petani atsiri, koperasi perusahaan (bisa dari CSR) support lewat pengembangan mini pabrik atsirinya. Tugas bang RD sebagai Jendral Minerba juga berbuah hasil (ekonomi hijau) di masa yang akan datang. Pripun ?” ajak Cak tomo, pria yang sapa diakrab Cak itu.
Tanpa berpikir lama, RD langsung sepakat dengan nilai turunan minyak atsiri. Acara kunjungan itu kemudian ditutup dengan ucapan apresiasi panitia, foto bersama serta pengelola stand di akhir acara.

“Semoga kegiatan ini berkelanjutan tiap tahun untuk membangkitkan ekonomi Indonesia dan keluarga UMKM Alumni ITB, Viva for Ganesha“, tutup Kohar