Via Zoom (15/2), AKSITARU Indonesia menggelar kelas pelatihan sekolah tani millennial dengan topik memodernisasi pertanian Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga (3) hari, sejak hari jumat s.d. minggu, 12,13 dan 14 Februari 2021 dengan menghadirkan dua narasumber yakni Alif Lutfia Masduqi dan Heru Setiawan. Alif, mentor ahli di AKSITARU bidang manufaktur sementara Heru adalah praktisi sekaligus tenaga ahli di Perusahaan benih di Magelang.

Pada hari pertama Sekolah Tani Millenial, diisi oleh Heru Setiawan, dengan materi paparan seputar pertanian di beberapa negara maju dan berkembang. Heru mengambil studi kasus di tiga (3) negara, yakni Amerika Serikat, Belanda dan Indonesia. Pada Pertemuan pertama ini, Heru menceritakan keunggulan, kelemahan dan strategi bertani di negara tropis seperti di Indonesia.
“Kita harus mengubah mindset masyarakat terlebih dahulu terhadap pertanian, bahwa pertanian itu bukanlah pekerjaan terakhir melainkan pekerjaan hobi/ passion. Kita juga perlu mengaktivasi komunitas tani (Poktan) untuk aktif dan merangkul para investor dengan membangun kesepahaman bahwa investasi ini harus berjalan dari hulu- hilir. Pemerintah sebagai regulator, juga harus menghadirkan kestabilan harga dan jaminan kepada petani seperti dukungan modal, dukungan akses pemasaran dan dukungan infrastruktur pasca panen sehingga produk lebih berkualitas, kontinu dan memiliki kuantitas yang melampaui target produksi”, Tegas Heru

Selanjutnya, pada pertemuan hari kedua Sekolah Tani Millenial, diisi oleh Alif Lutfia Masduqi, yang mengisi tentang skema investasi di dunia pertanian. Alif menceritakan pengalaman, dan pertimbangan-pertimbangan dalam menghitung investasi di dunia pertanian, dengan contoh komoditas bawang merah.
“Komoditas bawang merah, saya ambil sebagai percontohan pelatihan ini karena investasi di sektor ini, yang paling berisiko rugi dan paling menguntungkan di akhir musim. Kurang lebih saya investasi disini bersama dengan rekan-rekan pondok pesantren di Kab. Bandung.”, Jawab Alif
Menurut Alif, untuk mengajak orang berinvestasi, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan atau faktor di antaranya kelayakan investasi, manajemen dalam pengelola dan usaha yang realistis (tidak mengada-ada), disertai perhitungan BCR (Benefit Cost Ratio) dan ada laporan investasi secara berkala.

Ditutup pada hari ketiga, Heru Setiawan mengajak peserta untuk mengetahui penerapan teknologi pertanian green house di Belanda. Melalui zoom, Heru Setiawan membagikan pengalaman nya di negara Belanda selama kurang lebih tiga (3) bulan.
“Saya ikut magang di Belanda, dan disana belajar banyak hal tentang pertanian. Saya ditempatkan di Green House yang memproduksi sayuran seperti terong belanda, tomat, dan selada. Kurang lebih ada sekitar 8-10 afdeling kawasan green housenya, per afdeling sekitar 1-1,5 ha.” Jelas Heru

Menurut Heru, semua pekerjaan dalam green house dilakukan dengan teknologi pertanian. Mereka bertani diatas rockwoll (sebuah instrumen media tanam pengganti tanah).
“Mereka melakukan persiapan tanam di bulan November s.d desember, dengan melakukan penyemaian benih dan penyesuaian internal di dalam green house. Dengan perhitungan matang, mereka memprediksi populasi tanaman yakni 1,5 tanaman per m2 dan 4,5 cabang per m2, sehingga terdapat 14608 tanaman per ha. Uniknya, mereka tetap menyerap pekerja lebih banyak dari pertanian konvensional. Kalau di Indonesia, per ha hanya 3-5 ton per tahun, di Belanda bisa mencapai 400-500 ton per tahun, produktivitasnya” Jawab Heru
Heru juga menceritakan bahwa mereka menggunakan makhluk organisme seperti serangga yang berfungsi sebagai pengendali biologis hama tanaman disana. Organisme tersebut dinamakan macrolophus, di Belanda telah diproduksi oleh perusahaan bibit yang khusus menyediakan pemantik ekosistem serangga macrolophus.

“Meski menggunakan teknologi pertanian yang terbilang canggih, disana juga masih ditemukan hama dan penyakit tanaman dalam green house sehingga tidak benar-benar bebas dari hama atau penyakit. Meski demikian, apapun masalah hama/ penyakit tanaman disana, diselesaikan dengan solusi teknologi baik lewat biologis, kimia atau fisis” Tutup Heru
