“Salah satu keajaiban mesin ini, adalah mampu mengubah segala komoditas yang memiliki unsur hidrokarbon (C, H, N) mengeluarkan minyak atsiri (yang sangat mahal per liter) dan residunya menjadi serbuk berkadar air rendah. Ini adalah jawaban atas potensi kekayaan alam di Indonesia“, Tegas Deddi Soepangkat Noer
Deddi, adalah seorang inventor teknologi dari Jawa Timur. Ia, pria berusia paruh baya yang berkuliah di Institut Teknologi Bandung, Jurusan Pertambangan. Ia tak pernah menyangka bahwa dirinya dkk berhasil mengembangkan mesin SCFE atau memiliki kepanjangan Super Critical Fluid Extraction.

“Saya mencoba beberapa kali untuk menemukan mesin ini. Total sudah tiga (3) kali percobaan prototiping mesin SCFE. Saya liat eropa kok sangat butuh komoditas rempah-rempah kita, terus saya amati, ternyata mereka mengolah menjadi minyak atsiri yang nilainya luar biasa mahal“, petik Deddi
Berkat usahanya untuk mengambil manfaat dan niat baiknya menemukan added value (rantai manfaat) dari komoditas lokal. Saat ini, Deddi sudah berhasil meyakinkan beberapa pelaku UMKM desa dan industri lokal untuk secara bertahap mengenal mesin SCFE. Saat ini, beliau menjadi mentor bagi AKSITARU Indonesia untuk mendukung program Bandung Tur De Workshop, Vokasi desa dan agro smart village Indonesia.
“Saya ingin ada manfaat yang berdampak luas dari produk ini, dan kami niatkan bahwa semua daerah itu bisa maju lewat mesin ini. Yang pasti semua komoditas itu, punya added value. Mesin ini bisa kita hasilkan sampai dengan seperskian nano” jelas Deddi
Mesin SCFE buatan alumni ITB angkatan 1984 ini adalah mesin ekstraksi berteknologi tinggi yang berfungsi sebagai pengekstrak berbagai bahan tanaman hasil perkebunan dengan menggunakan gas karbondioksida (CO2) sebagai pelarut. Mesin ini, kata Deddy, juga menggunakan tekanan tinggi dan suhu tertentu untuk mencapai titik kritis dari pelarutnya. Tujuannya agar diperoleh hasil yang benar-benar sama dengan bahan aslinya tanpa kontaminasi air dan panas.

Adapun nilai investasi mesin ini sangat bergantung pada kapasitas produksi yang akan dicapai. Demikian pula dengan revenue yang ditargetkan dari industri dengan basis ini akan mampu menurunkan ketergantungan dari luar negeri sekitar 20 persen dari total impor yang pernah ada.
Hasil pengembangan mesin ini ke depan diharapkan muncul produk-produk berkualitas yang mampu bersaing di pasar global terutama dalam bidang pangan, farmasi, dan aromatik. Selain itu, minyak atsiri ini diyakini bermanfaat untuk meringankan sakit bagi penderita Covid-19.
Saat ini, menurutnya, baru sepuluh (10) orang yang memesan mesinnya.
“Baru sepuluh (10) yang pesan dan saya seleksi motif bisnisnya. Saya ingin menjadikan mesin ini alat untuk menumbuhkan produktivitas ekonomi di kawasan. Saya juga berharap, ke depan, SDM kita yang membuat mesin dan partisinya. Karena sebagian masih ada alat yang impor“, tutup Deddi