Bandung (22/12), dalam kegiatan peragaan produk prototipe alat penyadap getah pinus mekanik di Wilayah KPH Arcamanik.
Hal yang menarik, yang banyak diutarakan yakni isu regenerasi petani penyadap di beberapa wilayah KPH di Wilayah Jabar-Banten. Padahal sudah jelas, jika komoditas getah pinus di wilayah ini menyumbang sekitar 80.000-90.000 ton/ tahun dengan valuasi mencapai 2 T atau hampir sekitar setengah dari kontribusi perusahaan.
Menurut Doni, selaku Adm KPH Cisalak (Subang) menyatakan bahwa otomatisasi atau mekanisasi penyadapan akan sangat membantu meringankan petani penyadap. Rerata usia petani penyadap kita diatas 40 tahun, adapun yang muda, mereka kurang mampu mengejar target dan sering mengalami kesulitan ketika di lapangan.

“Saya pikir akan mudah dan praktis setelah ini (alat sadap PARA-PTM40). Semoga menjawab krisis regenerasi petani muda kita untuk menyadap, dan banyak yang berminat untuk menjadi petani penyadap getah pinus“, demikian jawab Doni.
Ia juga menambahkan bahwa upah pekerja yang minim mengakibatkan pekerjaan sadapan ini adalah pekerjaan sampingan di hutan sehingga benar-benar belum maksimal dalam proses bisnis nya.
“Manajemen produk dari hulu ke hilir, harus dipetakan dengan baik. Proses hulunya dengan mekanisasi penyadapan, muaranya itu dibuatkan koperasi/ lembaga pengepulan sekaligus lembaga yang menampung barang setengah jadi. Ini tantangan juga untuk engineer parametrik, silakan petakan lagi potensi di dalam hutan apa yang bisa digali“, petik Doni