Via Zoom (1/11/2020), kelas daring sesi keempat belas AKSITARU Indonesia menghadirkan pelaku terbaik dari Perserikatan BUMDes Indonesia, bapak Eko Pambudi dari BUMDes Panggungharjo, Sleman DIY, dan Elga Maulana dari beresih.id, perusahaan rintisan (start up) teknologi pengelolaan sampah di Bandung. Mereka hadir dalam platform diskusi AKSITARU, untuk bersama-sama saling mencarikan solusi atas permasalahan sampah di Indonesia.
Sebagai pemateri pertama, Elga memaparkan kondisi pengelolaan sampah, subjek pengelola dan beberapa usulan teknologi sampah yang bisa dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah, sejak dari lingkungan rumah.
“Sampah di Indonesia, tidak akan pernah selesai jika diselesaikan tanpa keterlibatan semua pihak. Semua orang harus peduli dengan sampah, sejak ia ada di rumah. Minimal mereka, melakukan pemilahan antara sampah organik dan non organik. Minimal tidak mengkonsumsi plastik berlebihan dan minimal mulailah, berpartisipasi sebagai subjek yang memberikan solusi terhadap keberadaan sampah. Kita juga harus memikirkan, aspek ekonomis dari solusi yang ingin kita tawarkan. Karena masalah sampah ini, sebenarnya masalah yang punya banyak potensi”, tekan Elga
Dalam paparan nya itu, Elga menceritakan bahwa banyak sekali pendekatan untuk mengurangi sampah dari cara –cara konvensional sampai dengan modern sekali pun. Ia menjelaskan beberapa contohnya, diantaranya seperti teknik bata terawang, komposter, biopori, pupuk cair, metode bank sampah dan larva BSF (Black Soldier Fly) yang sedang ramai diduplikasi oleh banyak orang.
“Sampai dengan cara-cara yang cukup mengandalkan teknologi, seperti teknik pirolisis (untuk menghasilkan minyak) dari sampah plastik, teknik pencacahan plastik menjadi pelet, teknik pengolahan sampah menjadi briket (bahan bakar pengganti batubara). Kita sangat melihat banyak pendekatan, bahkan pendekatan kreatif pun dapat dilakukan, seperti pengolahan fashion dari plastik bekas, dari bekas-bekas kemasan ibu-ibu yang tidak terpakai, bisa kita olah menjadi produk yang berharga di kemudian hari. Lakukan yang paling feasible, dari saya itu biopori atau kompos itu bisa kita duplikasi di beberapa wilayah” Jelas Elga
Selain menghadirkan Elga, sebagai pelaku pengusaha muda di bidang persampahan. Hadir bersama kita, yakni Bapak Eko Pambudi dari BUMDes Panggungharjo, Sleman DIY.
Eko Pambudi memaparkan bahwa semua pendekatan itu, sudah banyak diduplikasi oleh orang-orang hari ini. Hanya saja, yang sering luput dari kita, adalah mempertimbangkan aspek ekonomis dari pengelolaan sampah yang kita inginkan.
“Apakah teknik pirolisis tidak menjawab solusi sampah? Tidak! Minyak dari hasil pirolisis itu sudah setara B2 oleh Pertamina. Hanya saja, harga yang ada di pasar, baru seimbang ketika ada margin (selisih harga) diatas 5 ribu-10 ribu. Ini luar biasa, kecil keuntungannya. Maka dari itu, kami tidak memilih metode/ pendekatan tersebut. Kami lebih suka memilih metode bank sampah, dan yang sekarang, tentang pengolahan minyak jelantah rumah tangga”Jelas Eko
Eko juga menjelaskan ke peserta, bahwa kunci keberhasilan pengelolaan sampah rumah tangga di desa itu pada ketelitian dan kejelian pemerintah desa melihat potensi- pasar- dan peluang. Ia beranggapan bahwa modal itu lahir setelah ada niatan- program dan pasar yang sudah jelas. Selain itu, kita juga penting melakukan pendekatan terhadap beragam pemangku kepentingan di desa.
“Keberhasilan saya mengembangkan bank sampah di Panggungharjo, terletak pada komitmen pemerintahan, kelompok desa dan kami, dari BUMDes untuk membuka unit usaha bank sampah, yang mengelola sampah dari desa-desa sekitar kami. Total kurang lebih, hampir 7-10 ton/ per hari. Kami melakukan pendekatan dan edukasi terhadap beberapa komunitas, khususnya PKK. Karena mereka inilah, penggerak edukasi lingkungan yang ada dari tingkatan RT. Kami kelola sampah warga dengan reward yang pantas pula, seperti dalam bentuk tabungan akhir tahun dan atau tabungan emas atau beasiswa telah kita kembangkan. Semua itu, karena keberanian bersama untuk mengubah keadaan didesa” Jelas Eko
Ditengah forum, salah satu peserta mengungkap bahwa forum seperti ini sangat bermanfaat.
“Kita di lapangan, butuh selalu masukan dari pelaku atau pegiat lingkungan. Bila perlu, ada tindak lanjut dari program ini untuk terjun ke lapangan suatu saat. Persoalan sampah bisa melibatkan beragam pihak untuk saling menyelesaikan”, Jelas Rama
Di akhir kegiatan, narasumber meyakinkan dan mengajak peserta untuk ambil bagian dari permasalahan sampah di desa, dengan peran dan kontribusi yang bisa kita ambil.