Gedung Heritage, Kemenkoan PMK RI,- AKSITARU Indonesia menghadiri kegiatan Seminar Nasional bertajuk Beyond ASEAN 2023: Fostering Meaningful Youth Participation. Kegiatan ini dihadiri oleh Menko PMK RI, Muhadjir Effendi, Stafsus Presiden RI, Brilly Mambrasar dan sejumlah tamu undangan. Dalam kegiatan tersebut, AKSITARU diwakilkan oleh Eko Fajar yang hadir mewakilkan rekan tim kerja.

Dalam kesempatan sesi tanya jawab dengan Menko PMK RI, Eko Fajar Setiawan menyampaikan tiga hal dalam sesi aspirasi pemuda. Hal yang disampaikan terkait komitmen pemerintah atau swasta untuk menyerap lulusan merdeka belajar dan masa depan kurikulum merdeka belajar. Kedua, terkait model percontohan vokasi desa dan komitmen pemerintah menciptakan green job worker mendukung akselerasi transformasi ekonomi hijau serta ketiga terkait pandangan AKSITARU mengelola kepemudaan.
“Saya ingin menyampaikan, yang pertama, kami mohon ada komitmen pemerintah terkait kurikulum atau program merdeka belajar di tahun-tahun selanjutnya. Bagaimana lulusan merdeka belajar ini, perlu dihubungkan sebagai talent-talent daerah, sebagai fasilitator/ pelaku usaha swasta/ mentor atau tenaga pendamping atau staff di perusahaan atau birokrasi pemerintahan. Kedua, kami memiliki contoh vokasi desa di lahan kritis, bagaimana menciptakan SDM pilot drone dengan penguasaan drone masing-masing. Terakhir, soal pandangan pribadi, Saya berharap ada upaya yang konkret dari pemerintah untuk segera merespon kerusakan di lahan kritis, dengan pemuda sebagai ujung tombak kegiatan“, tutur Eko
Dengan tersenyum, Muhadjir, langsung berkata, akan segera mengevaluasi kelayakan kurikulum merdeka belajar dan program merdeka belajar. Ia juga menyatakan bahwa dirinya mendukung inisiatif pemuda seperti program-program rintisan AKSITARU.
“Saya sangat senang, dan optimis dengan gagasan dan ide-ide Mas Eko. Kami berharap ada banyak inovasi, termasuk pilot drone AKSITARU ini bisa kita duplikasi ke beberapa tempat kreatif kepemudaan. Drone bisa dipakai untuk pemetaan lahan, pemetaan tanaman yang sakit dan tentu menyemprot hama. Ada potensi pekerjaan baru disana dengan inovasi teknologi.“, Petik Muhadjir
Lanjutnya, saat ditemui oleh Eko, Muhadjir lalu menyampaikan bahwa ide-ide terkait vokasi di pelosok atau desa, memungkinkan untuk diterapkan. Hanya saja,menurutnya, program-program tersebut memerlukan jangka waktu yang cukup lama.
“Ide-ide untuk mendukung pembangunan, seringkali terlalu birokratis dan rumit. Kita butuh solusi-solusi yang massif, tuntas dan tidak bergantung pada APBN. Keterlibatan semua pihak, jadi kunci pemberdayaan sehingga pemuda berdaya dari segi akses dan kemampuan. Tidak dicekoki. Sama halnya dengan Merdeka Belajar, ketidakjelasan setelah lulus dari kurikulum itu, akan semakin membuat orang berpikir kritis dan memberikan penyikapan atas problematika masing-masing individu yang berbeda“, demikian tuturnya.

Ia mengapresiasi langkah nyata AKSITARU untuk hadir memberikan usulan terkait model vokasi desa, dan manajemen talenta desa di sekitar lahan kritis.
“Saya berterima kasih dengan rekan-rekan dan keluarga AKSITARU yang telah konsisten mendampingi lulusan program merdeka belajar dan memberdayagunakan potensi pemuda masing-masing” Jelas Muhadjir