Rabu (10/10), Via Zoom, Beberapa generasi zillenial, peserta program Merdeka Belajar dari Universitas Padjajaran, ITB dan UNAIR serta adik-adik lain menghadiri kegiatan hari pahlawan yang difasilitasi oleh AKSITARU Indonesia. Kegiatan ini mengusung tema “local genius, kebanggaan indonesia“, dihadiri oleh Dirjen PDP Kemendes PDTT RI, Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA), kerabat AMAN dan Filantropi Indonesia. Kegiatan ini menggunakan platform zoom, dengan format kegiatan talkshow dan pameran apresiasi tokoh nasional di Indonesia.

Dalam sambutan pengantar, Sugito, Dirjen PDP Kementrian Perdesaan PDTT RI, hadir mewakilkan Bapak Menteri Desa, Abdul Halim Iskandar. Sugito sangat senang dan menyambut inisiatif baik adik-adik zillenial atau millenial terhadap desa. Menurutnya, kunci memenangkan pembangunan desa itu ada pada pemuda dan masyarakat yang berinisiatif untuk mengambil peran di desa.
“Saya sangat berterimakasih kepada adik-adik ziilenial- millenial dan AKSITARU. Inisiatif kebaikan seperti ini harus ditularkan kepada desa-desa lain, supaya menular. Praktik baik pendampingan talenta muda dan penyadaran kolektif berdesa, kunci memenangkan local genius di masa depan. Ambil peranlah di desa, banggalah dengan desamu“, tutup Sugito
Sebelum mengakhiri sambutannya, Sugito menerima apresiasi dari Eko Fajar, mewakilkan Pengurus dan segenap fasilitator AKSITARU Indonesia untuk menerima buku “Bunga Rampai AKSITARU Edisi : berisi rangkuman kegiatan pembelajaran kader teknik desa, inspirasi praktik baik penataan ruang dan modul digitalisasi geospasial desa”
Setelah sambutan utama disampaikan oleh Dirjen PDP Kemendes PDTT, pembicara menarik selanjutnya dari Maporina dan AMAN juga berpesan pentingnya memerjuangkan nilai kepahlawanan bagi generasi zillenial.

Secara terpisah, Djoko MAPORINA mengungkapkan bahwa inisiatif zillenial/ anak muda ini sangat bagus untuk menunjukkan keberpihakan anak muda terhadap produk-produk lokal bergizi sedangkan Rukka AMAN menekankan kepada peserta untuk ingat terhadap asal mereka, daerah tinggal dan keluarga mereka.
“Saya berharap zillenial ini, peka terhadap diri sendiri, lingkungan dan keluarga mereka. Pahlawan masa depan, adalah pahlawan yang sadar akan peran nya masing-masing”, tegas Rukka.
Selain Bapak Joko dan Ibu Ruka, hadir pula dari Filantropi Indonesia, Bapak Hamid Abidin yang mewakilkan filantropi Indonesia. Menurut beliau, kepahlawanan ini adalah rasa empati untuk menjadi seorang filantropi (penderma).
“Tak harus menunggu kaya untuk berbagi. Banyak kawan-kawan muda, yang masih memulai karir mereka, untuk berperan dalam kebaikan. Saat pandemi ini, jiwa kedermawanan kita terus meningkat“, tegas Hamid Abidin.

Setelah Bapak Joko dan Ibu Ruka, beberapa narasumber berikutnya yakni Ahmad Mujaddid (kongkowin), Royyan Abdullah Dzakiy (E-fishery) dan Fleuri (Fleuri International)

Tiga (3) narasumber terakhir yang dihadirkan pada sesi dua (2), mereka sepakat bahwa kepahlawanan pada generasi Zillenial dimulai dari peran kita masing-masing. Kemandirian dan visi besar yang digagas oleh pemuda, harus diwujudkan melalui kontribusi dari masing-masing personalia individu.
Royyan menambahkan bahwa inisiatif dan empati adalah modal utama untuk melahirkan aksi-aksi anak muda. Royyan meyakinkan bahwa tak perlu menunggu harus mahir mengcoding untuk berperan di tengah masyarakat.
“Kita melakukan share posting/ konten yang bermanfaat ke medsos, saat ini, juga telah berperan. Tanpa harus pusing-pusing kita berbuat untuk berperan di indonesia“, jawab Royyan

“Saya mendukung, semua inisiatif pemuda generasi z hari ini untuk berbuat lebih kepada lingkungan sekitar”, tutup Fleuri.
Pada sesi akhir kegiatan, para peserta dan narasumber diajak mengelilingi pameran tokoh-tokoh local genius di Indonesia.