Bandung (14/6), dalam kegiatan SABISA atau biasa dikenal Sekolah Bisnis Desa Jawa Barat yang diselenggarakan oleh DPMD Jawa Barat di green forest Kabupaten Bandung Barat dengan tema membangun ekonomi sirkular.
Kegiatan ini mengundang beberapa praktisi dan komunitas bisnis anak muda, salah satu di antaranya komunitas mahasiswa/ anak muda dari Kampus Politeknik Bandung (POLBAN) yang bergerak dibidang budidaya dan perdagangan Maggot.
Saat ditemui oleh tim media AKSITARU Indonesia, Livani salah satu co-founder dari komunitas Maggot ini menyampaikan antusias dan apresiasinya kepada tim DPMD Jawa Barat telah memfasilitasi pertemuan dengan kepala desa, direktur Bumdes dan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa se Jawa Barat.
“Alhamdulillah teh, saya bersyukur bisa hadir disini bertemu dengan pemangku kebijakan di desa dan pengelola BUMDes. Kami siap bermitra dengan BUMDes-BUMDes untuk menjadi mitra produksi budidaya maggot. Produk kami sudah masuk di offtaker dan kami siap bantu pemasaran”, jelas Liva

Yasmin, salah satu rekan Liva juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan kesempatan yang berharga bagi dirinya dan kawan-kawan untuk memulai bisnis yang lebih serius dan profesional dengan mengelola jejaring budidaya di hulu.
“Prospek ya teh, apalagi kami sering punya keterbatasan soal sampah organik di wilayah kerja kami di Cimahi. Belum pihak desa atau kelurahan sekitar Lembang atau Cimahi juga belum ada kontribusi kepada kami. Jadi, saya harap setelah forum SABISA ini dapat menjawab kebutuhan kami untuk menjadi mitra produksi maggot di desa-desa. Tentu dengan peran kami, sebagai offtaker (pembeli) atau pendamping dari budidaya maggot. Kami siap turun”
Yasmin juga menambahkan dalam paparannya, bahwa manfaat budidaya maggot sebagai konsep model bisnis ekonomi sirkular di desa dapat diintegrasikan dengan kegiatan ekonomi lainnya di desa.
“Maggot itu bisa jadi alternatif sumber pakan untuk ternak unggas atau ternak budidaya ikan tangkap di embung/ kolam atau empang. Cocok bagi potensi desa yang punya banyak problem sampah limbah pertanian atau limbah organik rumah tangga. Apalagi harga pakan ternak saat ini mahal kan”, tutupnya.
Ketika ditanya soal tindak lanjut kegiatan SABISA ini. Livani mengatakan bahwa peran komunitasnya ke depan, akan aktif mencoba menyediakan alternatif model bisnis untuk ditawarkan kepada BUMDes setempat.
“Saya dan tim sudah punya skenario alternatif untuk pendampingan maggot di desa-desa, apakah kerjasamanya jual-beli maggot, kerjasamanya pendampingan kualitas produk, apakah integrasinya dan sebagainya. Insyaallah kami akan kurasi beberapa desa terpilih. Kami tunggu tindak lanjut selanjutnya dari SABISA”, jelasnya