
Via zoom, kegiatan Webinar Agropolitan Nusantara sukses terselenggara oleh AKSITARU Indonesia dengan membawa tema “Menyiapkan SDM dan Mengintegrasikan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna dengan Pembangunan Kawasan Agropolitan Daerah di Indonesia”. Webinar Agropolitan Nusantara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, akademisi, wirausahawan dan praktisi di bidang pertanian dan agribisnis. Beberapa dari mereka, seperti Perwakilan dari Kementrian BUMN RI, KH. Ahmad Tamim (Anggota DPR RI Jatim), H. Sugirah (Wabup Banyuwangi), KH. Ahmad Bahaudin (Wirausahawan Blitar), Gus Warih Setiawan (ISNU Tuban), Agus Pujosiswono (Edamoz Banyuwangi), dan Ahmad Bismillahi Normansyah (Tambak.co)
Kegiatan dibuka oleh pengantar, H. Sugirah dan KH. Ahmad Tamim memberikan beberapa contoh produk dan potensi komoditas lokal di beberapa daerah-daerah Kab/ Kota di Jawa Timur, khususnya di Banyuwangi, Blitar, Batu dan Malang. Keduanya, sepakat bahwa masing-masing daerah memiliki keunggulan komparatif (ciri khas, kondisi vegetasi, iklim, budidaya dan produk olahan).
“Di daerah kami, terdapat komoditas manggis, komoditas nanas, komoditas buah naga, dan komoditas edamame. Bagaimana selanjutnya, kami memikirkan teknologi pengolahan pasca panen lah yang kami butuhkan. Kami siap menjadi destinasi unggulan bagi rekan-rekan yang ingin mengetahui agropolitan nusantara di Indonesia”, Jelas H. Sugirah, Wakil Bupati Banyuwangi
Sambutan lainnya disampaikan oleh Bapak KH. Ahmad Tamim, Politisi asal PKB ini menegaskan bahwa konsep agropolitan ini sudah ada, sejak lama. Ia mencontohkan di beberapa desa di sekitar Blitar, Mereka menempatkan warung-warung/ jasa kuliner di sekitar wilayah sentra komoditas Tani. Menurutnya konsep ini lebih mudah diimplementasikan oleh masyarakat, sesuai budget mereka.
“Dari sana kita belajar, sebetulnya konsep agropolitan itu sederhana. Bagaimana yang sederhana ini, menjadi ciri khas daerah tertentu, sehingga akan menjadi destinasi wisata tani ke depan” Lanjut KH. Ahmad Tamin
Selanjutnya, pada sesi materi, disampaikan oleh pemateri-pemateri dari kalangan praktisi/ pelaku usaha, akademisi dan santri tani.
Sebagai pemateri pertama, Agus Pujosiswono dari Komunitas/ Kelompok Tani EdamoZ (Edamame Osing) menekankan bahwa keunggulan komparatif (ciri khas, kuantitas) belum cukup untuk bersaing dengan produk asing. Ia menekankan sekali bahwa produk tani agropolitan daerah harus memiliki kualitas produk dan inovasi produk. Ia menceritakan bahwa konsep “gandeng renteng”, adalah konsep sederhana dari praktik agropolitan nusantara.
“Kami di lereng Ijen, sudah mempraktikkan konsep gandeng renteng, petani besar mendampingi petani kecil lalu. Tinggal bagaimana dipikirkan, petani itu harus memiliki pendampingan dari konsultan professional, yang mengelola supply chain dan akses permodalan. Kalau perlu, memang dilembagakan oleh daerah (baca: sebagai korporasi). Tujuannya, supaya kualitas produknya melimpah dan bagus”, Jawab Agus
Senada dengan Agus, KH. Ahmad Bahaudin dari Blitar, Jawa Timur bahwa kegiatan ini sangat ditunggu oleh seluruh pelaku tani, khususnya bagaimana menciptakan nilai tambah dalam beraktivitas sebagai tani.
“Kami di Blitar, produk unggulan kami Ikan Koi. Beberapa warga secara individu dan sedikit yang berkelompok, melakukan usaha eksportir ikan Koi, dengan harga kisaran Rp 500 ribu- Rp 1 Juta rupiah”
Ia juga memberikan masukan bahwa seharusnya tugas pemerintah lebih pro aktif memfasilitasi kegiatan penguatan kapasitas SDM pelaku dan menciptakan iklim yang sehat seperti Jepang, sehingga tercipta para pelaku professional sektor pertanian.
Selanjutnya, dari pemateri ketiga, Gus Warih lebih merangkum kedua materi sebelumnya. Ia meyakini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dari agropolitan nusantara, yakni aspek infrastruktur, SDM dan pengembangan produk turunan.
“Bahwa agropolitan nusantara itu konsep, iya. Namun disisi lain, lebih merujuk pada menciptakan produk turunan dari masing-masing komoditas unggulan. Saya setuju, jika kita mulai menerapkan kurikulum di bidang pertanian di beberapa sekolah/ madrasah/ pesantren sekalipun, setidaknya mengenalkan kepada murid tentang mengolah lahan”, Jawab Warih
Kemudian, sama-halnya dengan Warih, Bisma sebagai pemateri akhir, juga menjelaskan bahwa Propinsi Jawa Timur memiliki keunggulan dari segi modal produksi (populasi penduduk produktif, mayoritas kalangan santri) sehingga sangat memungkinkan menjadi basis pergerakan dan contoh terbaik (studi terbaik) praktik agropolitan nusantara.
Ia membagikan pandangannya terhadap millennial, bahwa millennial dan santri ini memerlukan waktu dan perhatian lebih untuk mereka bebas berkreasi mengolah lahan.
“Kami dari kalangan millennial dan atau santri, akan memiliki cara lain dalam bertani dibanding generasi sebelumnya. Bagaimana di masa datang, petani kita lebih terbiasa mengandalkan data untuk mengambil keputusan. Mereka akan melihat bisnis sebagai rangkaian siklus/ proses untuk mendewasakan diri sehingga peran mengintegrasikan semua pihak (connecting the dots) sangatlah penting”Papar Bisma
Bisma juga menambahkan bahwa gagasan agropolitan nusantara ini sangat siap dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur.
“Kami mendorong supaya gagasan ini terealisasi di Jawa Timur, sebagai contoh Situbondo, Banyuwangi dan Blitar sudah siap untuk didorong sebagai destinasi unggulan agropolitan nusantara”, Tutup Bisma.
Setelah paparan berakhir, beberapa peserta juga memberikan garis bawah terhadap materi para narasumber diantaranya Bapak Abdul Kohar (Pakar Supply Chain) dan Bapak Usman (Praktisi Tani). Mereka menekankan bahwa ada aspek lain yang perlu diperhatikan yakni mengenai kepastian harga barang di pasar, kontinuitas produk komoditas, dan kemampuan masyarakat menggunakan teknologi pertanian.

“Untuk menyiapkan tenaga kerja terampil, perlahan kita harus mengenalkan teknologi atau inovasi produk yang sangat sederhana kepada mereka, bertahap. Kita juga memerlukan dukungan teknologi dalam menjangkau pasar, mengetahui ketersediaan produk komoditas di daerah secara up to date, dan keberlanjutan produk (harga, dan jumlah) secara daily”, Rangkum pendapat Usman dan Kohar dalam diskusi
Menurut Imam, selaku Pembina AKSITARU, Ke depan AKSITARU siap untuk mengawal gagasan agropolitan nusantara ini menjadi program dan siap jika akan mengembangkan destinasi kawasan agropolitan daerah
Mengingat waktu yang terbatas, kegiatan ditutup dan dilanjutkan foto bersama.