Via Zoom (12/11/2020), AKSITARU Indonesia menghadirkan kelas sesi 17 dengan topik desa tangguh lawan bencana. Kegiatan ini merupakan lanjutan kelas pelatihan kader teknik desa, yang diinisiasi oleh AKSITARU Indonesia. Pada kegiatan ini, hadir sebagai pemateri, Mas Danang Insita Putra, PhD. selaku Kepala Seksi Informasi, Kemendagri dan Nadhira Nuri dari Community Development Esri Indonesia.
Dalam pemaparannya, Danang menceritakan bahwa kejadian bencana di Indonesia yang diakibatkan oleh hidro-metrologi mengalami peningkatan akhir-akhir ini, seperti banjir, puting beliung dan tanah longsor. Mayoritas bencana itu terjadi di desa, sehingga menurutnya desa adalah tombak penanggulangan bencana.
“Beberapa studi menemukan bahwa terdapat beberapa masalah implementasi manajemen bencana yang terdesentralisasi, belum mengurangi jarak antara warga dengan pemerintah daerah, kurangnya koordinasi dan meningkatkan korupsi”, Papar Danang
Menurutnya, tantangan terbesar dalam kebencanaan di Indonesia saat ini, yakni mempersiapkan usaha-usaha pengurangan risiko bencana yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota
“Salah satu aspek yang sudah jadi urusan wajib pemerintahan daerah termuat pada PP 2/2018, yakni menyediakan layanan dasar seperti layanan informasi rawan bencana, layanan pencegahan dan kesiapsiagaan, dan layanan penyelamatan dan evakuasi.”Tegas Danang
Jika diintisarikan dari paparan Danar, terdapat enam (6) hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota, dan pemerintah desa untuk melakukan pelayanan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana yakni gladi kesiapsiagaan terhadap bencana, penyusunan rencana penanggulangan bencana, pembuatan rencana kontijensi, pengendalian operasi dan penyediaan sarana prasarana kesiapsiagaan bencana, pelatihan pencegahan dan mitigasi, dan penyediaan peralatan perlindungan dan kesiapsiagaan terhadap bencana.
Sementara Nadira Nuri Aulania dari Staff Pengembangan Komunitas, Esri Indonesia menjelaskan beberapa pilian produk berupa sistem informasi data spasial berbasis mitigasi bencana yang mereka kembangkan.
“Kami dari Esri Indonesia, selaku perusahaan data, bersama AKSITARU berkomitmen untuk mendorong kemandirian desa dalam mengelola data. Bapak/ ibu bisa mengembangkan , mereplikasi dan mendiseminasikan produk-produk kami, yang mudah untuk dipelajari dan tak membutuhkan keahlian yang expert.”
Ia menceritakan beberapa manfaat dari sistem informasi kebencanaan dari Esri Indonesia, diantaranya ketika gempa Palu, gempa Lombok dan erupsi gunung merapi. Esri selalu berkomitmen dalam menurunkan tim relawan bencana, di lokasi-lokasi bencana.
“Beberapa manfaat dari produk kami, di antaranya, proyeksi / sebaran area terdampak bencana dan manajemen evakuasi dan pertolongan pertama pasca bencana dengan cepat dan efektif. Umumnya, mitra kami, pemkab/ pemkot tetapi tidak menutup kemungkinan, suatu saat desa memiliki manajemen pengurangan risiko bencana yang demikian. “
Menurut Wawan Setiawan, peserta dari Kalimantan Barat. Ia meyakinkan kepada peserta diskusi bahwa sistem informasi demikian akan sangat membantu pengurangan risiko bencana di daerahnya.
“Saya pelaku di lapangan, tergabung di forum kewaspadaan bencana di Sintang, Kalimantan Barat. Kami berharap kegiatan ini ditindaklanjuti sebagai kegiatan pelatihan di lapangan. Kalau kita menunggu dari pusat, pasti akan lama. Mari kawan-kawan AKSITARU ini kita coba belajar lebih dalam, dari pengembangan sistem informasi desa ini”
Abdul Khair Syukur (Aceh) dan Marjoko (Madiun), mereka membenarkan bahwa diskusi ini memerlukan upaya tindaklanjut sebagai advokasi ke pemerintah pusat, perihal kebencanaan. Mereka sangat yakin, jika sistem informasi ini, akan membantu pemerintah desa untuk mengurangi risiko bencana, dengan berbagai scenario bencana.
Sementara, Saepuloh dari Lebak, Banten. Ia menceritakan bahwa pemerintah daerahnya belum pernah ada pelatihan kesiap-siagaan bencana dari pemda.
“Setiap tahun, di daerah kami pasti ada longsor atau gerakan tanah. Tetapi upaya pemda cenderung menunggu saja, tidak ada upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat sini. Maka saya sepakat dengan rekan-rekan lain, perlu ada penguatan kapasitas terkait kebencanaan ini, Syukur dibantu dengan sistem informasi bencana nantinya”, Jawab Saefuloh
Sebelum mengakhiri diskusi dengan peserta, kedua narasumber sempat memberikan penutup diskusi. Mereka menerima masukan dari pemerintah desa, dan sudah saatnya kapasitas masyarakat di desa ini lebih disiapkan sejak dini terkait bencana, dari upaya pencegahan, upaya kesiapsiagaan bencana dan upaya mitigasi, evakuasi dan rehabilitasi pasca bencana.
“Dengan dukungan teknologi , seperti sistem informasi bencana yang terhubung dengan HP bapak/ ibu, maka potensi kerugian yang terjadi akan terminimalisir.”, tutup Nadira, perwakilan Esri Indonesia
‘