Brebes (13/7), dihadapan pengurus posyantek desa se Brebes, Eko Fajar Setiawan, selaku perwakilan AKSITARU Indonesia meminta kepada segenap elemen perwakilan desa di Brebes untuk memulai usaha pertanian organik dan gerakan petani muda di Brebes. Ia menilai bahwa gerakan pertanian organik ini, adalah kunci keberhasilan untuk mengubah dampak negative (eksternalitas) pertanian di Brebes
“Perlu saya sampaikan di hadapan bapak ibu, bahwa, kompos organik yang kita produksi itu sering kesulitan untuk dijual. Permasalahannya, karena petani kita tidak mau menyerap. Mereka sudah terbiasa nyaman dengan NPK dan urea yang efeknya nanti ke lahan kita”, jelas Eko
Ia juga menyayangkan bahwa beberapa desa di Brebes, yang sudah berinisiatif untuk mengolah sampah tidak didukung oleh Pemkab Brebes untuk menyerap pupuk komposnya, sehingga dampak yang terjadi, luaran dari proses pengolahan sampah tidak terangkut dan ujungnya, menjadi masalah di tempat pengolahan.
“Kalau sudah begini, mari kita pelan-pelan, prototipe kan gerakan petani organik di kalangan muda di desa. Ke depan, konsumsi bahan organik menjadi tren, kita hanya perlu sabar kalau 2x musim ini, hasil kita menurun. Itu efek dari banyak nya pestisida di Tanah brebes”, jelas Eko
Seperti yang telah diketahui, tingkat amoniak dan unsur kandungan lainnya bersifat pestisida di lahan Brebes, menurut penelitian IPB (2017) dan Kementan (2018) telah mencapai ambang batas minimal.
“Daya tampung dan daya dukung kita udah over capacity, sudah melebihi ambang batas.” Jelas Eko
Eko juga mendukung adanya demonstration plot di beberapa lahan desa milik masyarakat di Brebes. Eko juga memberikan peragaan hasil pengolahan tanah organik setelah dua-tiga kali musim panen secara serius diperbaiki ekosistem tanahnya.
“Kita kasih pendampingan pemasaran dan pupuk organik/ kompos, jika bapak dan ibu ingin memulihkan ekosistem lahan pertanian di Brebes” tutup Eko
