Via Zoom (7/11/2020), AKSITARU Indonesia kembali menghadirkan kegiatan kelas daring kader teknik desa pada sabtu kemarin. Kali ini, dengan tema revitalisasi pasar desa, yang masuk pada sesi kelima belas. AKSITARU Indonesia menghadirkan pakar pasar, Bapak Dr. Agus S. Ekomadyo dan pelaku pasar desa, Ibu Lilis Ana Piara. Pada kelas ini, antusiasme peserta begitu luar biasa, tak kurang dihadiri oleh lima puluh lima (55) orang yang mengikuti kelas ini.
Agus S. Ekomadyo, menceritakan pengalamannya bahwa dalam mengembangkan pasar purnama desa di Kampung Areng, Wangunsari, Kecamatan Lembang, Bandung Barat Jawa Barat. Ia mengatakan terdapat kurang lebih sembilan (9) komponen tahapan menciptakan pasar desa.
“Pertama, menentukan tema pasar yang ingin diciptakan. Kedua, mencari jejaring penggerak pasar. Ketiga, merancang event pasar tahap uji coba, keempat melaksanakan event pasar uji coba. Kelima, melakukan evaluasi terhadap pasar uji coba, keenam merancang event pasar tahap lanjut, ketujuh melaksanakan event pasar tahap lanjut, kedelapan melakukan evaluasi event tahap lanjut dan terakhir kesembilan adalah merancang pasar tahap kontinu”, papar Agus
Kesembilan komponen tahapan pasar desa itu, menurut Agus, rangkuman inti atau sintesa dari buku yang ia susun yang ia launching, saat kegiatan ini. Ia berkeyakinan, bahwa diperlukan tools “rekayasa sosial”, terhadap revitalisasi pasar desa. Kita semua membutuhkan semangat untuk memanfaatkan modal sosial yang sudah kita miliki, agar mampu membangun jiwa-jiwa manusia dalam pasar.
“Pasar desa, tak hanya membangun fisik nya saja. Maka sering kali kita melihat kegagalan program revitalisasi pasar desa oleh pemerintah daerah kabupaten/ kota. Ya itu, semua karena pemerintah tidak sungguh-sungguh menggali potensi dan menggerakkan jiwa-jiwa warga yang memiliki keinginan berusaha (entepreneurship). ” Tegas Agus
Menurutnya, jika kita ingin pasar desa memiliki capaian yang progressif. Maka kita harus mampu berjejaring dengan pelaku- praktisi- dan pemangku kepentingan lainnya. Ia menambahkan bahwa saat ini pasar desa, perlu melakukan standardisasi sehingga dengan demikian, kita baru melihat perhatian pemerintah terhadap upaya revitalisasi pasar desa.
“Saat ini, isu digitalisasi pasar desa menguat. SNI (standar nasional Indonesia) untuk pasar desa, saya yang memimpin sebagai tim perumus. Kita perlu berjejaring, untuk kepentingan kita bersama ini karena ini persoalan bersama, yang ada di desa”, tegas Agus
Menjawab isu digitalisasi, Lilis Ana Piara sebagai perwakilan PBI (Perserikatan BUMDes Indonesia) menjelaskan bahwa di BUMDes KMS Slorok, Blitar, Jawa Timur. Pihaknya dkk, sedang melakukan uji coba digitalisasi pasar desa, yang diinstruksikan pemerintah menyikapi pandemi covid 19.
“Tahapan-tahapan digitalisasi pasar di Pasar Kutukan, Desa Slorok, di antaranya, adalah mempersiapkan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia , meningkatkan kompetensi SDM pelaku pasar desa, memberikan dukungan institusi dan melakukan uji coba dan penerapan pasar sampai dengan tahun 2022”, petik Ana
Dalam paparan nya itu, ia menjelaskan bahwasanya pengelolaan pasar desa dapat dilakukan sebagai unit usaha BUMDes. Ia juga sepakat dengan pembicara pertama, dengan memerhatikan baik modal sosial, jiwa wirausaha warga, komitmen warga dan dukungan pemerintah desa merupakan kunci keberhasilan revitalisasi pasar desa.
“Hal yang harus diperhatikan, ketika kita masih baru merintis pasar desa adalah kita perlu melakukan uji coba. Istilahnya, kalau di daerah Jawa Timur, itu penting mengadakan pasar Krembyeng (pasar temporer), kita lihat dulu konsistensi dan jiwa wirausaha mereka. Kalau mereka sudah konsisten dan mendapatkan omset yang lebih, bisa dikomunikasikan dengan pihak pemdes atau pemkab.”, Jelas Ana
Ia juga menegaskan bahwa terbentuknya forum pasar desa, ditingkatan desa sampai dengan daerah juga diperlukan sebagai titik simpul dan wadah berjejaring antar pegiat.