Menu Close

Belajar Memanfaatkan Bambu sebagai Material Lokal Berkelanjutan Melalui Praktik Arsitektur Partisipatif dan Studi Kasus Ekowisata Desa

Via Zoom (31/10/2020), AKSITARU Indonesia kembali menyelenggarakan kelas daring kader teknik desa sesi ke 13, dengan pembicara dari praktisi arsitektur komunitas, Andrea Fitrianto (Bambuso.id) dan Sigit Wahyudi, dari DPP Perserikatan BUMDes Indonesia. Kelas daring sesi ketiga belas ini membahas beberapa hal dari arsitektur bambu, desain partisipatori dan studi baik ekowisata desa oleh pelaku BUMDes wisata di Indonesia.

Menurut Andrea, kegiatan AKSITARU ini sangat bermanfaat untuk membuka cakrawala / inspirasi bapak/ ibu pelaku di desa untuk lebih memperhatikan keberadaan material lokal, yakni bambu. Andrea menjelaskan bahwa hampir sebagian besar, masyarakat desa di Indonesia saat ini kurang tertarik untuk memanfaatkan material bambu sebagai komponen bangunan padahal dari segi kearifan lokal (cerita rakyat), dan warisan kesenian bambu. Masyarakat kita dahulu mengandalkan sekali material bambu.

“Kita sering mendengar banyak cerita orang dulu, bahwa ketika hendak memotong bamboo, itu harus dengan merunduk. Cerita itu punya arti, bapak/ ibu diminta untuk memilih bambu yang sudah tua. Waktu pemotongan bambunya juga disesuaikan, yang paling baik tentu saat musim panas (kemarau) untuk memotong bambu, sementara saat musim penghujan, lebih baik bambu dibiarkan tumbuh untuk perkembangan bambunya.”, papar Andrea

Andrea juga menceritakan bahwa selama berpengalaman sebagai praktisi arsitek, ia sering menemukan fakta menarik bahwa dari bambu inilah partisipasi masyarakat (gotong royong) lebih sering terlihat.

“Saya kasih contoh, ketika saya mengerjakan program pembangunan Balai di Paguyuban Kalijawi DIY. Saya melihat inisiasi dari ibu-ibu paguyuban kalijawi, oleh PKK, yang mengumpulkan uang sampai dengan 25 juta, sampai dengan penyelesaian program. Balai warga itu, full oleh konten bambu dengan model rumah joglo panggung dan lain-lain”, jelas Andrea

Paparan kedua, dilanjutkan oleh mas Sigit Wahyudi dari PBI beliau banyak memberikan praktik-praktik ekowisata di desa melalui kelembagaan desa dan pemanfaatan dana desa.

Paparnya, ekowisata adalah salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek korsevasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

“Ekowisata bagi BUMDesa seharusnya menjadi sebuah peluang yang teramat besar bagi tumbuh dan kembangnya ekonomi di pedesaan”, jelas Pak Sigit

Sigit juga menyatakan bahwa kunci dari pengembangan ekowisata desa terletak pada komitmen dan keberanian pengurus- serta masyarakat desa untuk berubah atau berinovasi.

“Hal yang paling penting, jika sudah ada gagasan. Bapak/ ibu gerak, jalan dulu. Jangan terus direnungi. Ketika kita sudah jalan, nanti sering berjalannya waktu, kita akan tau, dan kita akan modifikasi sendiri sesuai kondisi yang sedang berlangsung saat itu. Dalam membangun ekowisata desa ini, penting pula melibatkan beberapa komunitas / tokoh desa untuk mendengarkan gagasan mereka atau sebaliknya, sehingga ada transfer ilmu dan budaya disana.”Jelas Sigit

Setelah paparan disampaikan oleh kedua narasumber, tiba sesi pertanyaan oleh peserta. Beberapa hal sudah terjelaskan oleh narasumber saat paparan. Berikut jawaban narasumber yang banyak ditekankan oleh narasumber diakhir diskusi.

“Bambu itu material lokal Indonesia, yang sangat unik dan berharga. Sebagian besar masyarakat kita, lebih suka menjual langsung kepada pihak ketiga. Jarang ada yang memanfaatkannya, sebagai kerajinan, furnitur atau material bangunan. Hal yang disayangkan, ketika masyarakat kita tidak mengetahui cara-cara untuk mengawetkan bambu sebagai teknik khusus merekayasa bambu supaya kuat dan keunggulan lainnya.”jelas Andrea

Andrea juga menambahkan bahwa desain partisipatori itu sangat berhubungan sekali dengan pemanfaatan material lokal, sebagai pengatur komponen disana. Berdasar pengalaman yang dirasakan, bambu ini tumbuh di setiap semua bumi Indonesia. Pengalamannya juga sempat disebutkan, saat menjelaskan konsep desain partisipatori, yang tidak mudah hanya dibicarakan dan lebih sulit ketika mempraktikkan.

Sementara, Sigit mengutip dari Eko Pambudi, salah satu peserta yang hadir menanggapi diskusi. Sigit menjelaskan terdapat empat aspek (4) utama dalam rangka mendorong praktik ekowisata desa.

“Semuanya itu yg penting niat, pasar, program dan modal. Modal itu aspek yang terakhir, jika memang sudah matang. Aspek internal desa, dan kesesuaian dengan pemerintah desa juga perlu dicari tau, penting disadari, tak hanya aspek alam saja yang menarik, aspek lainnya mungkin bisa kita intervensi” tutup Sigit

Bagikan ke
Posted in Rilis Pers

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *