Menu Close

Dorong Insentif Pupuk dan Konsumen Pangan Organik

Bandung (3/5), AKSITARU Indonesia menghadiri forum diskusi politik bijak memilih yang diselenggarakan oleh think policy dan whatsupindonesia, yang diselenggarakan di Lantai Theater UNPAR, Ciumbuleuit Bandung. Forum tersebut merupakan forum tentang partisipasi anak muda untuk mengawal dan berkontribusi pada Pemilu 2024 melalui pencarian solusi bersama atas masalah-masalah terkini/ aktual di Indonesia.

Abigail saat paparan di UNPAR

Dalam Forum itu, Abigail sebagai co-founder gerakan bijak memilih, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan inisiasi dari think policy, suatu platform menentukan keberpihakan politik melalui intervensi kebijakan publik.

Forum ini membagi fokus isu kepada tiga (3) isu pokok yakni kualitas lingkungan hidup perkotaan, tata kota dan transportasi dan isu pengelolaan pemerintahan yang berkualitas.

“Sesi ini memfokuskan rekan-rekan untuk beraspirasi dan memberikan masukan terhadap keberpihakan pembangunan di Kota Bandung dan tentu Pemilu 2024 di masa depan”, jawabnya

Beberapa praktisi pembangunan dari ketiga sektor hadir dalam forum itu, ada Tita Larasati (Dosen FSRD ITB), Sarah Rauzana (Gerakan Bebas Sampah Plastik) dan Anug (Jaramba).

Delegasi AKSITARU Indonesia yang diwakilkan oleh Ainun Hanafi Adnan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari advokasi isu tematik, khususnya isu pengelolaan praktik baik pertanian terpadu di lahan marjinal yang dikelola oleh Kader muda Ranger Eks Tambang Indonesia.

Kawan-kawan AKSITARU hadir sebagai tamu undangan di sesi isu Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai panelis dan penanggap diskusi.

Saat sesi diskusi itu, Adnan sapaan akrabnya menyampaikan poin-poin yang perlu dipertajam dari solusi pengelolaan lingkungan hidup khususnya persoalan pengelolaan sampah.

“Menurut kami, persoalan dari ketidakberlanjutan platform pengelolaan sampah kang pisman Kota Bandung sektor sampah organik, yakni karena tidak ada-nya insentif bagi konsumen pangan organik atau pengelola/ penggiat sampah organik” Tutur Adnan, mahasiswa Astronomi asal Banyuwangi itu

Adnan menambahkan bahwa kegiatan pengolahan sampah di kota yang menggunakan pendekatan komunitas seperti kang pisman perlu diperkuat dengan memberikan upaya insentif bagi konsumen/ pengguna pupuk dan konsumen pengguna pangan organik, termasuk upaya menguatkan komunitasnya.

Sarah, sebagai pemapar praktik baik dari gerakan bebas sampah plastik, menyampaikan bahwa gerakan kang pisman tak hanya fokus soal sampah organik saja akan tetapi juga berupaya untuk menyelesaikan permasalahan sampah non organik dan organik dari hulu (rumah tangga).

Sarah saat paparan di UNPAR

Ia beranggapan bahwa persoalan terbesar, dari semua kondisi ini soal mindset (mental), pengetahuan lingkungan hidup dan keuntungan ekonomi dari kegiatan sampah.

“Saya sepakat dengan usulan insentif pangan organik dan penggerak atau komunitas pengelola sampah karena betul, anggaran sampah di Kota Bandung 120 Milyar itu masih didominasi untuk ongkos pengangkutan dan upah saja.”, tutur Sarah

Bagikan ke
Posted in Diseminasi Riset

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *