Adiwerna- Tegal (7/5), Salah seorang Alumni Institut Teknologi Bandung asal Kabupaten Tegal, bernama Anindito Adi Wicaksono berani memutuskan untuk “keluar dari zona nyaman” di Lingkungan Institusi BUMN Karya Kontraktor Pertambangan Nasional di Indonesia. Dito, sapaan akrabnya, adalah alumni lulusan Sipil ITB yang lulus pada tahun 2018, dan pernah bekerja sebagai site engineer di dunia pengeboran minyak di lepas pantai Kalimantan.
Kesempatan tim media AKSITARU Indonesia untuk mewawancarai Mas Dito di kebun Melon “Jagasura Farm”, Desa Gumalar, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Hal yang menarik, kebun melon mas Dito ini merupakan 1 blok kawasan buah (komoditas melon) dengan pola tanam tahunan-terus menerus tanpa terputus dan ditanam dengan multi varietas melon berbagai jenis.

Inspirasi
“Terinspirasi dari banyak kisah di Youtube, dan prihatin terhadap dunia pertanian itu alasan saya terjun di dunia pertanian. Masa depan lingkungan hidup dan rasa penasaran saya ingin ambil peran ketahanan pangan di daerah jadi motivasi saya untuk menekuni usaha meski jujur banyak pertanyaan dari kerabat atau keluarga soal keputusan ini”, cerita Dito kepada tim Media AKSITARU
Bukan perjalanan yang mudah bagi Dito karena hampir semua perjalanan akademik dia soal ilmu sipil-konstruksi dan bangunan, menggapai nilai yang bagus dan bisa dibilang cumlaude. Namun pilian hidup yang akhirnya akhirnya menjadi alasan untuk bisa memutuskan
Keputusan Sulit
“Saya memutuskan untuk resign dari BUMN karena kurang cocok dan lebih penasaran untuk mengelola bisnis di luar konstruksi. Saya banyak menimbang, tentang usaha apa yang prospek dilakukan oleh alumni muda ITB Jawa Tengah, yang 3 tahun lulus dan keluar dari BUMN ternama. Dari riset sederhana, soal peternakan, kambing, lele, sayuran, cabe, padi hingga buah melon, saya labuhkan ke sini” Lanjut Dito
Dito juga mengemukakan bahwa perjalanannya selama menjadi petani buah melon di Tegal juga tidak mudah. Ia harus magang kesana-kemari karena harus belajar mulai dari dasar- dan teknik pertanian hingga belajar untuk bernegosiasi dengan kelompok tani atau tengkulak buah.
Perjalanan Inovasi
“Saya cari-cari komunitas sosial dari dinsos, gak ada ketemu tuh. Saya mulai coba cari relasi ke teman-teman alumni SMA dan kampus, hampir semua nya sama. Umumnya baru pemula semua. Saya beruntung ketemu kelompok tani Jagasura Farm di Gumalar, dan alhamdulillah saya sempat magang dulu 1 musim, gak dibayar tuh. Betul-betul belajar!”, cerita Dito
Dito juga menceritakan bahwa peluang bisnis pertanian sangat terbuka lebar. Modal usaha menentukan komoditas yang akan ditanam dan dipelihara. Ia juga menceritakan bahwa hasil panen saat ia magang, kebun milik orang lain, ditaksir mendapat omset bersih 5 juta rupiah.
Proses Magang Hingga Keputusan Bisnis
“Kebun waktu aku magang dulu, kayaknya saya hitung pas lagi bagus, dapat itu 5 juta bersih. Buat yang pengen passive income, prospek banget nanam melon di Tegal. Saya juga lihat minat pasar masih tinggi dan selalu terserap, akhirnya ya saya putuskan sewa tanah untuk 3 tahun. Itu pun saya mencari ini siapa pemilik lahan ini? haha“, lanjut Dito
Dito menutup wawancara dengan kami, tentang kendala-kendalanya terhadap aktivitas nya sekarang. Ia mengungkapkan bahwa kesulitan yang ia hadapi yakni terkait perubahan musim/ cuaca yang tidak menentu jadi kendala penanganan intensif penyakit tanaman.
Tantangan Ke Depan
“Makin hari, sepertinya makin dekat dengan anomali cuaca/ musim. Tantangan sulit, bagi saya, pemula usaha bertani buah melon yang memerlukan penanganan intensif kebun melon. Barangkali ada kawan-kawan yang riset tentang pengurangan risiko penyakit tanaman atau inovasi teknologi apapun, hayuk kita kolaborasi. Saya perlu belajar!”, jelas Dito
Kendala lain juga diceritakan Dito kalau penangkaran atau pembenihan masih menjadi PR bagi petani buah di Tegal. Menurutnya, ia dkk masih bergantung dengan varietas benih impor yang datang dari luar negeri.

Sebagai informasi, Kebun Melon Mas Dito ini terletak dalam blok kawasan ketahanan pangan “Jagasura Farm” ini dikelola oleh Kelompok Tani Satria Tani Hanggawana dengan beberapa komoditas pertanian holtikultura dan buah serta ternak ikan. Tiap menjelang musim panen, beberapa kebun dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata petik buah atau sayuran. Satria Tani Hanggawana dibantu Rumah Sosial Kutub (Inkubator Sosial-Bisnsi) di Tegal memberikan akses permodalan dan pendampingan kepada petani muda di wilayah Tegal.