Bandung (22/12), BUMN PT Perhutani melalui Direktur Operasi dan Perhutanan Sosial (DirOps) menyelenggarakan kegiatan peragaan produk prototipe penyadah getah pinus sekaligus apresiasi kepada para KPH terkait capaian produksi akhir tahun di demplot RPH Arcamanik, BKPH Manglayang Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh pemangku KPH di wilayah divisi regional Jawa Barat-Banten (KPH Tasikmalaya, KPH Sumedang, KPH Bandung Utara, KPH Cisalak, KPH Bandung Selatan) dan mengundang pula tim inventor, dari PT Parametrik.

“Saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas Laporan Divre Jabar-Banten. Bicara Jabar banten itu dapat diistilahkan Janten Yamaha, excellent dan istimewa. Bandung selatan itu meningkat 170% dari produski tahun lalu, Bandung Utara itu meningkat 106% dari tahun lalu, dan Sumedang itu 100% dari produksi tahun lalu. Semoga perlahan kita bisa berswasembada (100%) dari hasil hutan bukan kayu (getah pinus) nanti“, demikian tutur Anis, lelaki asal Banyumas, Jawa Tengah
Menurut Anis, capaian ini harus terus ditingkatkan mengingat capain keseluruhan yang ditargetkan masih kurang sekitar 5000-8000 ton/ tahun yang perlu dikejar.
“Target kita 90,551 ton/ tahun untuk produksi getah pinus di Jabar-Banten, dari supply di wilayah ini yang terbaik sekitar 90,337 ton/ tahun. Saat ini sekitar 86000 ton/tahun getah pinus sehingga kegiatan inovasi proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi dirasa diperlukan. Saya titip agar teknologi ini dicoba dulu di wilayah sini” demikian tutur Anis
Sementara itu, Dadan Wachyu, dari Plt. Adm KPH Bandung Utara menyambut baik arahan dari atasan nya itu. Ia siap untuk menjadi mitra demplot untuk produk penyadap getah pinus canggih buatan Parametrik.
“Saya menyambut baik arahan dari pa Dirops, terimakasih atas kepercayaannya. Selama ini kami memang masih tradisional, dengan kombinasi dengan modifikasi mesin rumput, menggunakan kadukul untuk menyadap pinus. Satu hari, penyadap kita baru mampu sekitar 300 query dengan terlebih dulu melukai pohonnya membuat lubang sadap dengan ketebalan 1,5 cm dan lebar sadap sekitar 5cm” jelas Dadan

Dadan, juga berharap agar keluhan teman-teman penyadap seperti alat yang berat dan teknis penggunaan alat yang memerlukan pengalaman mengoperasikan modifikasi mesin rumput yang tidak praktis mengukur kedalaman lubang sadapan.
“Disini, selama 1 tahun produksi, kurang lebih 60 cm lebar/ ketinggian sadapan sehingga prediksinya sekitar 3 tahun itu 180 cm. Lebih dari itu, pohon dianggap sudah tidak produktif untuk disadap” tambah Dadan
Aris Budiyarto, selaku direktur PT Parametrik yang hadir dalam kegiatan tersebut menanggapi masukan yang diberikan oleh Bapak Anis dan Bapak Dadan.
“Saya berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Parametrik. Saya sudah mendapat contoh alat sebelumnya sejak lebaran. Prototipe ini sudah final dari sisi desain, dan akan terus disempurnakan agar mass production untuk membantu petani penyadap kita“, demikian tutur Aris
Hal senada juga disampaikan oleh Aksara Langit, selaku Pimpinan Project Produk ini. Ia menambahkan bahwa teknologi ini sebelumnya telah dikonsultasikan dengan pihak-pihak KPH di wilayah KPH Arcamanik
“Proses penyempurnaan produk akan terus memertimbangkan masukan dari bapak/ ibu petani penyadap dan KPH. Kami juga sering berkunjung dan melakukan iterasi percobaan berulang, dan prototipe ini merupakan prototipe versi kedua setelah sebelumnya menggunakan energi bahan bakar (bensin)“, jelas Aksa, panggilan pria, lulusan Teknik Mesin dari Kampus Luar Negeri (Australia)

Aksa juga menambahkan bahwa keunggulan dari produk penyadap ini adalah penggunannya lebih memudahkan petani penyadap. Bendanya lebih ringan dibanding sebelumnya, dan pasti penggunaan baterai sebagai sumber energi mampu memudahkan petani penyadap untuk memaksimalkan waktu dan mengurangi kebisingan suara.
“Bunyi mesin lebih halus, baterai jaminan 6-8 jam/ hari, sumber energi ramah lingkungan dan polusi udara dari penggunaan alat juga minim sekali. Hampir tidak ada. Belum lagi, alat ini bisa langsung dipakai di pohon langsung tanpa harus menguliti pohon pinus, dulu.” tutup Aksa
Disela-sela kegiatan, Direktur Operasi dan Perhutanan Sosial melalui Divre PT Perhutani Jawa Barat-Banten memberikan apresiasi kepada KPH Bandung Selatan, KPH Bandung Utara dan KPH Tasikmalaya atas capaian produksi getah pinus dengan jumlah volume (ton) tertinggi.