Bandung (05/06), sejumlah ahli perencana muda, lulusan Institut Teknologi Bandung Kampus Cirebon yang tergabung dalam Forum Perencana Hijau berdiskusi bersama AKSITARU dan perwakilan Perhapi (Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia) membahas masa depan perekonomian Indonesia.
“Dalam mengelola SDA, bangsa kita kadang ditakut takuti, terutama dalam permodalan. Ketakutan kita bukan dari intervensi bangsa asing melainkan datang dari orang di sekitar kita. Tugas generasi muda, apalagi perencana, coba kembangkan kota-kota atau desa kawasan area tambang. Fokusnya dari manusia“, petik Imam Mudzakir, Pembina AKSITARU Indonesia
Menanggapi hal tersebut, Bisma, perwakilan dari Perhapi menyatakan kesepakatannya dengan arahan Imam. Menurutnya, bangsa asing telah memanfaatkan situasi quo bangsa ini dalam memandang komoditas sumber daya alam kita.
“Dari hulu, kita sudah dipersulit dengan aturan dan modal. Di hilir, kita dipersulit untuk memasarkan produk apalagi mengembangkan nya menjadi produk turunan. Realitasnya, investor asing yang diharapkan menanam modal malah meminjam modal dari Bank kita (BUMN)” cerita Bisma
Ia mengapresiasi inisiatif forum perencana hijau untuk berdiskusi memperdebatkan konsep ekonomi wilayah dan tantangan perekonomian wilayah di Indonesia.
Ahmad Sobari, selaku inisiator forum tersebut, menanyakan bagaimana perencana bisa eksis membawa gagasan-gagasan kota atau desa berkelanjutan kepada Perhapi dan AKSITARU.
“Lalu, konsep apa yang dibutuhkan untuk wilayah tambang?“, tanya Sobari
“Konsep kota hijau dengan produk turunan tambang dan tutupan hijauan atsiri untuk reboisasi/ rehabilitasi. Tambang tetap jadi komoditas andalan tetapi bukan unggulan. Karena di masa yang akan datang, justru sektor turunan pasca tambang, pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi sektor penentu“, petik Imam
Lain dengan Imam, Bisma juga menyatakan dorongannya kepada forum perencana hijau itu untuk menyelenggarakan Kongress Perencana Hijau untuk segera melakukan kongres perencana hijau di Indonesia.
“Coba buat gebrakan nyata-lah perencana. Sumbangsih nyata untuk Indonesia melalui inventaris Cadangan SDA wilayah, inventaris konflik tenurial, dan inventaris gagasan-gagasan Kota Hijau. Perhapi siap menjadi partner“, tegas Bisma
Ia juga menilai bahwa perencana juga perlu tau praktik bisnis di sektor komoditas tambang nasional.
“Komoditas tambang sangat berprospek. Solar PV yang kita pakai di Indonesia, yang jadi kampanye EBT. Tak ada satupun pabriknya di Indonesia. 95% Solar PV dunia ada di Cina. Kalian harus siap-siap menjadi penerus untuk pengusaha tambang muda. Segera“, tutup Bisma
