Via Zoom (02/07), melalui virtual zoom meeting, beberapa penggerak dan ahli stok karbon yang terafiliasi dengan ASPEBINDO (Asosiasi Pemasok Energi, Mineral dan Batubara), Hutama Karya berkumpul di forum temu inisiasi yang diselenggarakan oleh AKSITARU Indonesia.

Kegiatan ini merupakan temu awal, untuk mencari perspektif dari sudut pandang pelaku swasta dan korporasi nasional tentang pengembangan potensi dan prospek stok karbon nasional.
Melalui Whatsapp Media, Dustin Edward Peneliti dari AKSITARU Indonesia memaparkan bahwa persoalan utama dalam manajemen stok karbon nasional adalah soal validasi dan akurasi data di lapangan. Menurutnya, manajemen basis data terpadu kaitannya dengan pengukuran vegetasi di lapangan, salah satunya masih belum akurat.
Sementara itu, Wicaksana yang mewakilkan ASPEBINDO mengutarakan bahwa perlunya akselerasi di berbagai instansi atau pihak untuk mulai terlibat aktif merespon berbagai sektor pada stok karbon.
“Ada lima (5) sektor komoditas yang masuk dalam objek karbon nasional, tak hanya tutupan lahan. Ada pula sektor dari biomassa, kelautan dan lain-lain. Semua pihak masih belum serius menangani hal tersebut sehingga kita perlu menyusun peta jalan bagaimana pengelolaan karbon nasional itu bijak dan arif, tidak merugikan salah satu pihak saja”, jelas Wicaksana.
Menanggapi hal tersebut, Vito Pradana mewakilkan PT Hutama Karya mengungkapkan bahwa implementasi stok karbon nasional dapat disinkronisasi terhadap keberadaan laporan ESG di perusahaan. Menurutnya, hal-hal yang jadi kendala seperti pemetaan, validasi dan akurasi data serta manajemen basis data, dapat diarahkan melalui penguatan kerjasama dengan mitra/ pelaksana CSR di berbagai daerah.
“Hutama karya dapat mendukung proses pemetaan dan validasi data di lapangan, mengingat kami memiliki infrastruktur (drone dll) yang relatif lebih memadai . Mengingat validasi di lapangan, kami juga mampu melatih sumber daya manusia di sektor akusisi data dan manajemen basis data. HK hanya perlu regulasi, agar sektor ESG juga mengakomodasi proses dan tahapan dalam manajemen stok karbon nasional”, jelasnya