Menu Close

Pengurus PBNU Dukung KMNU Jadi Inkubator Pengusaha

Jakarta (4/3), dalam kunjungannya ke Istana Presiden, untuk menindaklanjuti program Manajemen Talenta bersama Deputi KSP II. Senior NU dan sekaligus Pengurus PBNU, Juri Ardianto, menyapa adik-adik AKSITARU Indonesia, yang kebetulan terdapat salah seorang anggota KMNU Institut Teknologi Bandung. Ia berujar, bahwa sangat penting silaturrahmi dengan senior-senior NU.

Juri Ardianto, ditemani dengan beberapa senior lain seperti Atoilah dan Asep dari Kantor Staff Presiden mendiskusikan masa depan ke NU-an di kampus perguruan tinggi negeri.

Juri, sapaan akrabnya, ia mendukung inisiatif kader-kader NU agar menjadi profesional di bidangnya.

Ketika ditanya oleh Eko Fajar, lebih dibutuhkan mana posisi kader NU untuk mengisi. Jawaban Juri lebih memilih agar Kader NU di perguruan tinggi memilih jalur pengusaha atau teknokrat (konsultan/ ahli/akademisi) yang melayani ummat NU di pelosok negeri.

Kita ini banyak massa-nya, progressif kalau diminta mengkader dan patuh mengikuti ajaran para kyai sepuh namun kita kurang lincah mengelola potensi sumber daya alam kita. Ayo, KMNU ciptakan iklim untuk melahirkan pengusaha-pengusaha. Kita support karena sesama kader NU, kader pesantren dan sesama santri Mbah Hasyim insyaallah“, petik Juri

Sementara itu, Ato menyatakan bahwa pentingnya KMNU (keluarga mahasiswa nahdlatul ulama) yang sudah eksis sejak tahun 2000 awal, perlu memiliki desain kaderisasi yang jelas dan arahan program yang jelas.

Pada awalnya, PBNU pernah menawarkan untuk menjadi Banom kepada KMNU. Tetapi PMII yang lahir lebih dulu, menolak jelas-jelas. Pemosisian KMNU dinilai kurang vokal terhadap isu moderasi keagamaan atau politik bangsa negara, sehingga peran KMNU tergeser dan masuk ranah akademisi. Bagus sebetulnya, namun kader-kader muda kurang merawat silaturrahmi ke senior-senior NU dan makin kesini, saya lihat KMNU semakin apolitis. Padahal membangun basis politik itu penting, untuk kader NU“, jelas Ato, yang juga merupakan kader PPP dari Banyumas-Cilacap

Pendapat lain diutarakan oleh Asep, yang juga pernah menjabat petinggi PB PMII di era kepengurusan Agus.

Asep menilai bahwa sikap apolitis itu, tidak selalu harus diartikan menjauh dari senior-senior yang berada di jalur praktis. Menurutnya, kader-kader NU di kampus perguruan tinggi negeri khususnya KMNU Nasional perlu belajar kemampuan membangun negosiasi dan advokasi anggaran dari kader-kader PMII.

Gerakan KMNU ke depan harus fokus, ke arah mana. Mulai bersilaturrahmi ke semua senior, termasuk menjalin hubungan baik dengan PBNU atau PB PMII. Jika ranah strategis ingin terus bergerak di kultural, ya fokuslah menciptakan kader bertalenta model HIPMI (Himpunan pengusaha muda) atau mungkin gagasan inkubasi karya dan pengusaha“, jelas Asep

Asep juga mendorong agar mengisi peran-peran yang perlu diisi oleh kader-kader KMNU seperti pengusaha daerah, teknokrat (konsultan/ NGO) atau profesional (ASN/BUMN).

Kuncinya di silaturrahmi ke senior PBNU, senior NU di daerah dan membangun pemosisian dengan PB PMII agar sama-sama maju, kader NU dan kader pesantren“, petik Asep

Eko Fajar Setiawan sebagai perwakilan Alumni KMNU ITB menyinggung bahwa basis kekuatan KMNU itu ada pada komitmen kader yang lebih berminat menjadi profesional di bidang nya (keprofesian).

Rasanya dalam tempo dekat, kami perlu mengumpulkan senior-senior yang masih berpandangan pentingnya ke-NUan di kampus. Apalagi pasca covid 19, sempat ada kendala teknis rutinan majelis NU di kampus. Mungkin kami perlu waktu untuk memastikan arah dan kebutuhan adik-adik KMNU lagi. Semoga silaturrahmi ini memantik adik-adik pengurus yang masih aktif mengkader dan menjabat“Tutup Eko

Sumber: Dokumentasi AKSITARU, 2023

Kegiatan ditutup dengan berswafoto dan ramah tamah.

Bagikan ke
Posted in Kabar Alumni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

go to top